Turkistan Negeri Islam Yang Hilang

Berita1461 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Banyak orang tak mengenal negeri Turkistan. Tetapi bagi umat Islam, tak kenal dengan salah satu negeri Islam yang kemasyhurannya hampir menyamai Andalusia, sangatlah aib. Bukankah nama-nama ilmuwan kita berasal dari sana? Al-Bukhari, Al-Biruni, Al-Farabi, Abu Ali Ibnu Sina, dan sejumlah tokoh lainnya yang sampai kini merupakan tokoh-tokoh paling tak terlupakan umat Islam, berasal dari negeri tersebut.

Turkistan terletak di Asia Tengah dengan penduduk mayoritas keturunan Turki, merupakan salah satu benteng kebudayaan dan peradaban Islam. Pada abad ke-16 sampai abad ke-18, bangsa Cina dan Rusia mulai mengerlingkan nafsu angkaranya ke Turkistan dan mulai berfikir tentang kemungkinan untuk melakukan ekspansi teritorial. Cina mulai bergerak menaklukkan Turkistan Timur dan kemudian merubah namanya menjadi Sinkiang, sementara Turkistan Barat telah lebih dahulu dicaplok Rusia. Dengan berbagai alasan politik, Soviet menghapuskan nama Turkistan dari peta dunia dan memancangkan nama Republik Soviet Uzbekistan, Republik Soviet Turkmenistan, Republik Soviet Tadzhikistan, Republik Soviet Kazakestan, dan Republik Soviet Kirgistan.

Atas aksi ekspansionis tersebut, Turkistan negeri Islam tersebut kini benar-benar telah raib (musnah) dari peta dunia. Penjajah Rusia dan Cina telah memecah-belahnya menjadi negara-negara boneka yang kini termasuk bagian dari Republik Sosialis Unisoviet dan Republik Rakyat Cina, dua komunis terbesar di dunia.

Komunis Cina telah mengadakan penghancuran total di Turkistan Timur, Agama Islam, umatnya, kebudayaan dan sejarahnya hendak dibumi-hanguskan dengan segala kekejaman yang kelewat batas. Jiwa-jiwa manusia yang semula merdeka dieksploitasi sedemikian rupa sehingga hampir-hampir mustahil sebagai perbuatan manusia.

Tragedi Turkistan kami sajikan di sini dalam bentuk roman yang tetap berpijak pada kejadian sejarah sesungguhnya.

Najib Al-Kailany, seorang sastrawan terkenal dari Mesir menyajikan dengan penuh nuansa, menggugah rasa keprihatinan kita atas nasib yang menimpa saudara-saudara kita yang sangat tertindas.


Demikian buku ini kami sajikan untuk menggugah dan membangkitkan kesadaran negara-negara muslim merdeka untuk turut berpartisipasi memerdekakan nasib suatu bangsa yang tertindas; untuk menyelamatkan umat dan akidah Islam dari penjajahan komunis.

Dengan kemampuannya bercerita dengan menghadirkan fakta-fakta yang nyata terjadi, Najib Al-Kailany seorang sastrawan Mesir yang kemasyhurannya dapat disejajarkan dengan pengarang-pengarang lai, seperti Musthafa Mahmud, Ali Ahmad Baaktsir, dan Toha Husain ini, membuat roman sejarah “Turkistan, Negeri Islam yang hilang”, terasa enak dibaca. 
 
Sebagaimana karya-karyanya yang lai, seperti; Nurullah, ‘Amaliqah Minasy-Syamal (Raksasa dari Utara) Sirah Asy-Syuja’ (Perjalanan Hidup Sang Pemberani), Qatilu Hamzah (Pembunuh Hamzah), Dam Lifathir Shuhyun (Setetes Darah untuk Zionis) dan lain-lain, maka “Layaali Turkistan” (Turkistan Negeri Islam yang Hilang) menyodorkan sisi-sisi kehidupan religius yang lekat dan mendalam.[sumber]

Berita Terkait

Baca Juga

Comment