Ns. Sarah Ainun, M.Si: Manuver Politik Bathil Dan Fitnah Terhadap UAS

Berita379 Views
Ns. Sarah Ainun, M.Si:
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Ibnu Jarir ath-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami’ul Bayan mengungkapkan yang di maksud ulama adalah seseorang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan sebagai Pemimpin atas umat dalam perkara fiqih,  ilmu, agama dan dunia. Sementara kedudukan ulama menurut Ibnu Kath dan Sayyid Qutub dalam Q.S Ali Imran ayat 18 menjelaskan kedudukan dan martabat ulama sangat istimewa dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal kesaksian karena hanya kesaksian Allah,  malaikat dan ulamalah yang adil. 
Ulama adalah penerus estafet perjuangan Nabi, ia adalah pemangku tugas Nabi,  ia yang mewarisinya. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Tarmizi dan Abu Daud dalam sebuah Hadits shahih, Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam besabda;  “Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris Nabi-Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham dan mereka hanya mewariskan ilmu,  maka siapa-siapa yang mengambilnya berarti dia telah mengambil bahagian yang sempurna”.
Oleh karena itu ulamalah yang meneruskan tugas Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam membina dan membimbing umat dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran,  menuntun umat menuju kehidupan dunia dan akhirat,  mengentaskan umat dari kegelapan dan kehancuran, menyelamatkan umat dari kebodohan dan kenistaan dan yang terpenting menyampaikan amanat risalah dari Rabb sekalian alam. 
Begitu tingginya kedudukan ulama di dalam Islam.  Sehingga Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasalam menyebut mereka sebagai Waratsatul Ambiya (pewarias para Nabi). Karena ditangan merekalah risalah ini akan menyebar dan akan sampai ke dalam hati-hati hamba.  Menyelamatkan mereka dari kegelapan jahiliyah dan menuntun umat menuju Jannah. 
Maka keberadaan ulama sama halnya dengan keberadaan Nabi di tengah-tengah umat, sebagai sebuah karunia yang tak ternilai harganya, mutlak dibutuhkan dan tidak bisa dipisahkan dari sejarah umat, ulama juga manusia mulia yang harus ditaati dan dihormati sesuai koridor Syar’i dan manusia pilihan yang wajib dicintai dan disayangi
Namun panggang jauh dari api,  apa yang dialami ulama kondang Ustad Abdul Somad (UAS). Paskapertemuannya dengan capres Prabowo pada menit-menit terakhir (last match)  atau di penghujung pemilu 2019. Menyampaikan dukungannya untuk Capres nomor urut 02 yang diunggahnya di youtube (11/04/2019) menimbulkan fitnah yang menyerang pribadi UAS. 
Akun @saiddidu menjadi ramai diperbincangkan setelah diretas orang yang tidak bertanggung jawab pada sabtu,  (13/04/2019) malam. Dalam akun @saiddidu yang direntas itu ada enam cuitan yang memfitnah UAS. Diantaranya UAS memilih capres pilihannya di pilpres 2019 karena adanya transaksi rumah dan gratifikasi. 
Cuitan itu menjelaskan, “Rumah UAS di JL. Kamboja Ds. Rimbo Panjang km. 20 Kec. Tambang,  Kab. Kampar hasil pemberian Prabowo untuk mendukung paslon PAS. pantaskah ulama seperti ini? Mulut seorang ulama haruslah konsisten tidak berubah hanya demi harta duniawi.  #UASDibayarPrabowo. (Tribun-Timur. Com, 14/04/2019)
Tidak hanya fitnah yang berbau suap,  fitnah keji seperti penghinaan yang ditujukan kepada ulama sebelumnya fitnah pornoaksi pun menimpa UAS. Beliau difitnah memiliki tiga istri dan selingkuhan. Tiga istri UAS yakni Sasyitoh,  Mellya Juniarti dan Diana Tabrani.  Cuitan mengejutkan yang menjelaskan UAS selingkuh dengan Diana Tabrani karena tidak puas dengan istri pertama dan keduanya. 
“Diana Tabrani adalah selingkuhan UAS hasil operasi dari tim intel Prabowo untuk jebak UAS dijeratan cinta. Tujuan utama Diana Tabrani adalah agar UAS takluk dengan cinta nya dan akhirnya dapat dikondisikan dukung Prabowo dengan sejumlah mahar milyaran rupiah,” cuitnya. (ANN, 15/04/2019)
Mantan sekertaris BUMN Said Dadu yang merasa dirugikan dengan fitnah yang di umbar melalui akun twitternya menggelar konferensi pers di Bilangan Melawai,  Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,  Minggu (14/04/2019). “Jadi mulai pada kesempatan ini, saya sampaikan kepada masyarakat bahwa mereka menghack akun saya untuk memfitnah orang yang sangat kita hormati. Cuitan yang mendeskritkan UAS diretweet orang-orang 01, dalam hal ini pendukung pasangan calon Jokowi-Ma’ruf Amin. “Seorang ulama yang hatinya bersih tapi tega difitnah dan menariknya pada saat memention itu yang meretweet adalah orang-orang 01,” katanya. 
Kriminalisasi ulama, pelecehan dan penghinaan ulama sampai pada fitnah merupakan permainan politik demokrasi yang mendewakan kebebasan dengan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan memperebutkan kekuasaan. Manuver-manuver politik yang dilakukan untuk mendongkrak ektabilitas masing-masing calon pasangan pun dilakukan. 
Politik identitas dan dukungan elite agama dimamfaatkan oleh kedua calon pasangan akibat muncul sebagai aksi reaksi umat dari persepsi adanya sikap rezim yang tidak bersahabat dengan Islam dan umat Islam baik dari aspek hukum dan pemerataan ekonomi. 
Jika umat mau mengkaji lebih dalam bahwa situasi ketidak adilan hukum dan porak-porandanya ekonomi umat dan masalah sosial lainnya akibat dari penerapan sistem sekuler dan kapitalisme sebagai idiologi negara. Dalam Islam sistem seperti ini batil, kerusakan yang ditimbulkannya akibat standar benar salah,  baik buruk dan halal haram yang digunakan bukan bersumber dari Syariah. 
Maka,  umat haruslah mengembalikan kedudukan ulama pada posisinya sebagai Waratsatul Ambiya. Kemuliaan ulama sebagai pemimpin umat hanya bisa dilakukan dengan meletakan Syariah sebagai pondasi negara menjalankan pemerintahan yang mengurusi urusan umat,  bukan sebagai alat untuk kepentingan kekuasaan sekelompok orang saja. Memuliakan ulama berarti memuliakan Nabi Shalallahu’alaihi Wasallam yang mendatangkan Ridho dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi seluruh umat dan sekalian alam. Wallahu’alam.[]

Penulis adalah anggota Komunitas Menulis Revowriter, Aceh

Berita Terkait

Baca Juga

Comment